Kamis, 13 Agustus 2015

Abu Hurairah


Saya yakin sebagian besar kaum muslimin sudah sering mendengar nama sahabat Nabi ini yang juga merupakan tokoh masyhur dalam masalah periwayatan hadits. Dia hidup bergaul dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam pergaulannya ini, ia memanfaatkan secara penuh untuk menggali dan merekam persoalan-persoalan agama yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan.
Dilahirkan 19 tahun sebelum Hijrah. Namanya sebelum Islam Abd Syams sedangkan nama Islamnya adalah Abdur Rahman. Berasal daripada qabilah ad-Dusi di Yaman. Gelaran Abu Hurairah RA adalah kerana kegemarannya bermain dengan anak kucing. Diceritakan pada suatu masa ketika Abu Hurairah RA bertemu Rasullullah S.A.W. dia ditanyai apa yang ada dalam lengan bajunya. Apabila dia menunjukkan anak kucing yang ada dalam lengan bajunya lantas dia digelar Abu Hurairah RA oleh Rasullullah S.A.W. Semenjak itu dia lebih suka dikenali dengan gelaran Abu Hurairah RA. Abu Hurairah RA memeluk Islam pada tahun 7 Hijrah ketika Rasulullah S.A.W. Setelah masuk Islam, pemuda Ad-Dausy ini pergi ke Madinah menemui Nabi dan berkhidmat untuk Rasulullah sepenuh hati. Dia tinggal bersama ahli shuffah di beranda Masjid Nabawi. Tiap waktu dia bisa shalat di belakang Nabi dan mendengarkan pelajaran berharga dari Nabi.
Abu Hurairah punya ibu yang sudah tua dan sangat disayanginya. Dia ingin ibunya memeluk Islam, tapi menolak bahkan mencela Rasulullah SAW. Abu Hurairah sangat sedih. Dia pergi menemui Rasulullah sambil menangis. “Mengapa engkau menangis, wahai Abu Hirra?” sapa Nabi. Abu Hurairah menjelaskan apa yang menyebabkan hatinya galau, sambil meminta Rasul mendoakan ibunya. Lalu Nabi berdoa agar ibu Abu Hurairah terbuka hatinya untuk menerima Islam. Suatu hari Abu Hurairah menemui ibunya. Sebelum membuka pintu dia mendengar suara gemericik air, kemudian terdengar suara ibunya. “Tunggu di tempatmu, Nak!”. Setelah dipersilakan masuk, Abu Hurairah kaget tatkala ibunya langsung menyambut dengan ucapan dua kalimat syahadat. Alangkah bahagianya Abu Hurairah, keinginannya tercapai. Segera dia kembali menemui Rasulullah. “Dulu aku menangis karena sedih, sekarang aku menangis karena gembira.”
       Sewaktu masih sakit, sebelum meninggal, Abu Hurairah, sahabat Nabi yang mulia ini, sempat menangis. Air matanya meleleh, membasahi janggutnya.
Sahabatnya bertanya, mengapa ia menangis? “Aku tak menangis karena dunia, tetapi karena jauhnya perjalanan, sedikitnya perbekalan, dan aku tak tahu ke mana perjalananku ini akan berakhir; ke surga atau neraka?” Abu Hurairah berdoa, “Ya Allah sesungguhnya aku amat mencintai pertemuan dengan-Mu. Semoga Engkau juga mencintai pertemuan denganku. Sekiranya Engkau berkenan, kumohon pertemuan ini bisa segera berlangsung.” Tak lama berselang, Abu Hurairah pun pergi, menghadap Allah, meninggalkan alam yang fana ini. (Ibn Rajab, Jami` al-`Ulum wa al-Hikam).
Abu Hurairah memang istimewa. Ia bersama Nabi SAW hampir sepanjang hayatnya. Karena tidak terlalu sibuk berbisnis, ia banyak belajar dan menimba ilmu dari Nabi, melebihi sahabat lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan santun dan tata krama yang baik